Post by kas on Oct 6, 2006 16:14:31 GMT -1
Imam Malik
Abu Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amir bin ‘Amr bin Al Harits Al Ashbahi (silsilah beliau berakhir sampai pada Ya’rub bin Al Qaththan al Ashbahi). Abu Amir adalah seorang sahabat yang selalu mengikuti peprangan yang terjadi pada zaman Nabi. Sedang kakeknya, Malik, adalah seorang tabi’in besar dan fuqoha kenamaan dan salah seorang dari 4 tabi’in yang jenazahnya dibawa sendiri oleh Khalifah Utsman. Gelar beliau adalah Imam Darul Hijrah.
Lahir pada tahun 93 H di kota Madinah al Munawarah, setelah selama 3 tahun berada dlam kandungan ibunya.
Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri, Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dll.
Di antara murid beliau adalah Ibnul Mubarak, Al Qoththon, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qosim, Al Qo’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’I, Sufyan Ats Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, Az Aubairi, dll.
PENILAIAN ULAMA (TENTANG BELIAU)
Berkata Imam Syafi’i, “Jika disebut-sebut nama ulama, maka Imam Malik adalah bintangnya.” Imam Syafi’I juga berkata, “ Kalau bukan karena (perantara) Imam Malik dan Ibnu Uyainah, niscaya akan hilang ilmu yang ada di Hijaz.”. Hingga seluruh penduduk Hijaz memberi beliau gelar “Sayyidi Fuqohal Hijaz”
Imam Yahya bin Sa’id al Qahthan dan Yahya bin Ma’in memberi beliau gelar “Amirul Mu’minin Fil Hadits.” Ibnu Wahb berkata, “ Kalau bukan karena (perantara) Imam Malik dan Al Laih niscaya kita akan sesat.”
Berkata Abdurrahman bin Waqid, “Aku melihat pintu Malik di Madinah sperti pintu Amir.” Berkata Al La’nabi, “Ketika aku bersama Uyainah (telah sampai kepadanya berita tentang kematian Malik), dalam keadaan sedih beliau berkata, “Tidak ada seorang pun di muka bumi yang seperti beliau.”
Berkata Syu’bah, “ Saya datang ke Madinah setelah kamatian Nafi’ (ternyata sudah) ada halaqah Malik. Berkata Imam Syafi’I, “ Tidak kitab ilmu di bumi yang paling benarnya daripada kitab Al Muwaththo’ Imam Malik.”
Imam Bukhari mengatakan bahwa sanad yang dikatakan ashahhul asanid adalah sanad itu terdiri dari Malik, Nafi’, dan Ibnu Umar.
PERKATAAN-PERKATAAN BELIAU ANTARA LAIN
Allah ada di langit dan mengetahui setiap tempat. stiwa (bersemayanm) itu ma’lum (diketahui), dan kaifiyah (bagaimana bersemayamnya Allah) itu majhul (tidak diketahui).
Beriman (bahwa Allah bersemayam) adalah wajib. Bertanya bagaimana Allah bersemayam hukumnya bid’ah.
Aku tidak akan berfatwa sehingga ada 70 saksi yang mempersaksikan bahwa aku ahli (mengetahui) masalah tersebut.
Tidak ada seorang pun setelah Nabi yang berhak diambil dan ditinggalkan perkataannya kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
KARYA BELIAU
Kitab yang sangat terkenal karya beliau adalah Al Muwaththo’ (ditulis tahun 144 H) atas anjuran Khalifah Ja’far bin Manshur. Menurut penelitian yang dilakukan olehAbu Bakar al Ahbary, jumlah atsar yang tercantum di dalamnya sebanyak 1720 buah, dll.
WAFAT
Beliau meninggal 10 Rabiul awal 177 H
Abu Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amir bin ‘Amr bin Al Harits Al Ashbahi (silsilah beliau berakhir sampai pada Ya’rub bin Al Qaththan al Ashbahi). Abu Amir adalah seorang sahabat yang selalu mengikuti peprangan yang terjadi pada zaman Nabi. Sedang kakeknya, Malik, adalah seorang tabi’in besar dan fuqoha kenamaan dan salah seorang dari 4 tabi’in yang jenazahnya dibawa sendiri oleh Khalifah Utsman. Gelar beliau adalah Imam Darul Hijrah.
Lahir pada tahun 93 H di kota Madinah al Munawarah, setelah selama 3 tahun berada dlam kandungan ibunya.
Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri, Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dll.
Di antara murid beliau adalah Ibnul Mubarak, Al Qoththon, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qosim, Al Qo’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’I, Sufyan Ats Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, Az Aubairi, dll.
PENILAIAN ULAMA (TENTANG BELIAU)
Berkata Imam Syafi’i, “Jika disebut-sebut nama ulama, maka Imam Malik adalah bintangnya.” Imam Syafi’I juga berkata, “ Kalau bukan karena (perantara) Imam Malik dan Ibnu Uyainah, niscaya akan hilang ilmu yang ada di Hijaz.”. Hingga seluruh penduduk Hijaz memberi beliau gelar “Sayyidi Fuqohal Hijaz”
Imam Yahya bin Sa’id al Qahthan dan Yahya bin Ma’in memberi beliau gelar “Amirul Mu’minin Fil Hadits.” Ibnu Wahb berkata, “ Kalau bukan karena (perantara) Imam Malik dan Al Laih niscaya kita akan sesat.”
Berkata Abdurrahman bin Waqid, “Aku melihat pintu Malik di Madinah sperti pintu Amir.” Berkata Al La’nabi, “Ketika aku bersama Uyainah (telah sampai kepadanya berita tentang kematian Malik), dalam keadaan sedih beliau berkata, “Tidak ada seorang pun di muka bumi yang seperti beliau.”
Berkata Syu’bah, “ Saya datang ke Madinah setelah kamatian Nafi’ (ternyata sudah) ada halaqah Malik. Berkata Imam Syafi’I, “ Tidak kitab ilmu di bumi yang paling benarnya daripada kitab Al Muwaththo’ Imam Malik.”
Imam Bukhari mengatakan bahwa sanad yang dikatakan ashahhul asanid adalah sanad itu terdiri dari Malik, Nafi’, dan Ibnu Umar.
PERKATAAN-PERKATAAN BELIAU ANTARA LAIN
Allah ada di langit dan mengetahui setiap tempat. stiwa (bersemayanm) itu ma’lum (diketahui), dan kaifiyah (bagaimana bersemayamnya Allah) itu majhul (tidak diketahui).
Beriman (bahwa Allah bersemayam) adalah wajib. Bertanya bagaimana Allah bersemayam hukumnya bid’ah.
Aku tidak akan berfatwa sehingga ada 70 saksi yang mempersaksikan bahwa aku ahli (mengetahui) masalah tersebut.
Tidak ada seorang pun setelah Nabi yang berhak diambil dan ditinggalkan perkataannya kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
KARYA BELIAU
Kitab yang sangat terkenal karya beliau adalah Al Muwaththo’ (ditulis tahun 144 H) atas anjuran Khalifah Ja’far bin Manshur. Menurut penelitian yang dilakukan olehAbu Bakar al Ahbary, jumlah atsar yang tercantum di dalamnya sebanyak 1720 buah, dll.
WAFAT
Beliau meninggal 10 Rabiul awal 177 H