|
Post by ingintahu on Jul 21, 2006 7:01:52 GMT -1
Assalamualaikum...
Sy benar2 ingin tahu apakah jenis2 hadith yg ada..sebab sekarang ini ramai yang memalsukan hadith....syair pun kata hadith....boleh terangkan hadith2 ?
|
|
|
Post by khalid bin lukman on Jul 21, 2006 9:57:45 GMT -1
Hadith adalah sumber kedua terpenting dalam Hukum Islam, setelah Qur'an. Banyak orang Muslim tidak sedar bagaimana hadith dipelajari dan dikategorikan ke dalam berbagai kategori. Dalam bagian ini, kami akan mendiskusikan ilmu hadith, yang menjelaskan klasifikasi hadith-hadith yang ada ke dalam berbagai tingkat keaslian / otentisitas.
sahabat saya akan menjawabnye.
|
|
super
teman akrab
Posts: 62
|
Post by super on Aug 19, 2006 13:29:18 GMT -1
Hadits (bahasa arab:ÇáÍÏíË) secara literal berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam perkataan dimaksud adalah perkataan dari Nabi Muhammad SAW. Namun sering kali kata ini mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah sehingga berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum dibawah Al Qur'an.
Struktur Hadits Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad(rantai penutur) dan matan(redaksi).
contoh:Musaddad mengabari bahwa Yahyaa sebagaimana diberitakan oleh Shu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:"Tidak beriman diantara kamu sekalian hingga kamu mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri" (Hadits riwayat Bukhari)
1.Sanad Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Jika diambil dari contoh sebelumnya maka sanad hadits bersangkutan adalah
Al-Bukhari > Musaddad > Yahyaa > Shu’bah > Qataadah > Anas > Nabi Muhammad SAW Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thaqabah sanad akan menentukan derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.
2.Matan Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:
"Tidak beriman diantara kamu sekalian hingga kamu mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri"
bersambung yaa.
|
|
super
teman akrab
Posts: 62
|
Post by super on Aug 19, 2006 13:47:54 GMT -1
Klasifikasi Hadits Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya [glow=green,2,300]1.ujung sanad, 2.keutuhan rantai sanad, 3.jumlah penutur (periwayat) serta 4.tingkat keaslian hadits (dapat diterima atau tidaknya hadits bersangkutan)[/glow]
1.Berdasarkan ujung sanad Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni marfu' (terangkat), mauquf (terhenti) dan maqtu' :
1.a. Hadits Marfu' : adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW (contoh:hadits sebelumnya)
1.b.Hadits Mauquf : adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah". Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa... jika sedang bersama rasulullah" maka derajat hadits tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'.
1.c. Hadits Maqtu' : adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus). Contoh hadits ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadits) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu". Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap sangat penting mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah SAW dari ucapan para sahabat maupun tabi'in dimana hal ini sangat membantu dalam area perdebatan dalam fikih ( Suhaib Hasan, Science of Hadits).
2.Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan yakni Musnad, Munqati', Mu'allaq, Mu'dal dan Mursal. Keutuhan rantai sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur diatasnya.
Ilustrasi sanad : Pencatat Hadits > penutur 4> penutur 3 > penutur 2 (tabi'in) > penutur 1(Para sahabat) > Rasulullah SAW
2.a. Hadits Musnad, sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Yakni urutan penutur memungkinkan terjadinya transfer hadits berdasarkan waktu dan kondisi.
2.b. Hadits Mursal. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur2) mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
2.c.Hadits Munqati' . Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3
2.d. Hadits Mu'dal bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
2.e. Hadits Mu'allaq bila sanad terputus pada penutur 4 hingga penutur 1 (Contoh: "Seorang pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah).
3.Berdasarkan jumlah penutur Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadits tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi atas hadits Mutawatir dan hadits Ahad.
3.a Hadits mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). Hadits mutawatir sendiri dapat dibedakan antara dua jenis yakni mutawatir lafzhy (redaksional sama pada tiap riwayat) dan ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna sama pada tiap riwayat)
3.b. Hadits ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :
3.b.i. Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur)
3.b.ii. Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan)
3.b.iii. Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.
4. Berdasarkan tingkat keaslian hadits Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih, hasan, da'if dan maudu'
4.a. Hadits Shahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut: Sanadnya bersambung; Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya. Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan(syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits .
4.b. Hadits Hasan, bila hadits yg tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
4.c. Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
4.d. Hadits Maudu', bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.
Kepada yang bertanya...terjawab sudahkah soal anda kemukakan?
|
|
|
Post by WAN HAMDAH on Oct 4, 2006 1:35:26 GMT -1
HAI? ?asSALAMUALAIKUM!!!!
|
|