Post by sabri on Apr 29, 2006 2:29:38 GMT -1
Berikut adalah syarah hadis yang dimaksudkan dalam artikel di atas.
Janji Allah: Khilafah Akan Segera Tegak Kembali
Oleh: Yahya Abdurrahman
Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Kemudian Ia akan mengangkatnya jika Ia berkehendak menngangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim, ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan, ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”, kemudian beliau diam. (HR. Ahmad dan al-Bazar)
Sanad Hadits
Imam Ahmad menerimanya dari Sulaiman bin Dawud ath-Thuyalisi dari Dawud bin Ibrahim al-Wasithi dari Habib bin Salim dari an-Nu’man bin Basyir, ia berkata : “kami sedang duduk di masjid bersama Rasulullah saw. Basyir adalah orang yang hati-hati bicaranya. Lalu datang Abu Tsa’labah al-Khusyani, ia berkata : “wahai Basyir bin Sa’ad apakah engkau hafal hadits rasulullah saw tentang para pemimpin? Hudzaifah berkata : “aku hafal khutbah beliau”. Lalu Abu Tsa’labah duduk dan Hudzaifah berkata : “rasululah saw bersabda : (matan hadits di atas).
Al-Bazar[ii] menerimanya dari al-Walid bin Amru bin Sikin dari Ya’qub bin Ishhaq al-Hadhrami dari Ibrahim bin Dawud dari Habib bin Salim dari an-Nu’man bin Basyir, ia bercerita bahwa ia sedang di masjid bersama bapaknya, Basyir bin Sa’ad, lalu datang Abu Tsa’labah al-Khusyani, ia berkata kepada Basyir bin Sa’ad : “wahai Basyir apakah engkau hafal khutbah rasulullah saw tentang para khalifah?” Basyir berkata : “tidak”. Lalu Hudzaifah ibn al-Yaman berkata dan ia sedang duduk : “aku hafal”. Abu Tsa’labah lalu duduk kepada mereka. Hudzaifah berkata, nabi saw bersabda: (matan hadits).
Al-Haytsami berkomentar[iii] : “imam Ahmad meriwayatkannya dalam tarjamah an-Nu’mân, dan juga al-Bazar secara persis, dan Thabrani secara sebagiannya di dalam al-Awsath dan para perawinya tsiqah. Ibn Rajab al-Hanbali juga menukil riwayat Ahmad ini.[iv]
Makna dan Faedah
Hadits ini memberitahukan lima periode perjalanan kaum muslim sejak masa kenabian. Periode pertama adalah periode kenabian.
Periode kedua adalah periode khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Para Ulama sepakat bahwa periode khilafah rasyidah adalah periode khilafah yang berjalan diatas manhaj kenabian. Menurut sebagian ulama, periode ini adalah periode Khulafa ar-Rasyidin sampai periode khilafah al-Hasan bin ‘Ali. Khilafah Umar bin Abdul ‘Aziz oleh sebagian ulama juga dikategorikan khilafah rasyidah, sehingga beliau juga dijuluki khulafa’ ar-rasyidin.
Periode ketiga adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang zalim. Lafal mulk, bisa berarti kerajaan, bisa juga al-hukm wa as-sulthân (pemerintahan dan kekuasaan). Lafal mulk dalam hadits ini kurang tepat jika dimaknai kerajaan sebagai sebuah bentuk pemerintahan. Karena setelah khulafa ar-rasyidin, bentuk pemerintahan kaum muslim tidak berubah menjadi kerajaan, tetapi tetap khilafah. Kepala negara tetap seorang khalifah, dan tidak pernah berubah menjadi raja. Ini adalah fakta yang telah disepakati para ulama. As-Suyuthi dalam Tarîkh al-Khulafâ’ berkata “aku hanya menyebutkan khalifah yang telah disepakati keabsahan imamahnya dan keabsahan akad baiatnya.”[v] Sementara beliau menyebutkan para khalifah Bani Umayah, dan Bani Abbasiyah sampai khalifah al-Mutawakil ‘alaLlâh III. Dan secara faktual, khilafah terus berlanjut sampai diruntuhkan oleh penjajah barat tahun 1924 M. Namun juga disepakati, selama rentang waktu tersebut terjadi penyimpangan dan keburukan penerapan Islam di sana sini. Jadi periode tersebut adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang di dalamnya terjadi kazaliman yaitu peyimpangan dan keburukan penerapan sistem dalam beberapa hal.
Periode selanjutnya dalah periode pemerintahan dan kekuasaan jabbariyah (diktator). Dalam riwayat Abu Tsa’labah al-Khusyani dari Mu’adz bin Jabal dan Abu ‘Ubaidah digambarkan sebagai periode pemerintahan dan kekuasaan yang sewenang-wenang, durhaka, diktator, melampaui batas, kerusakan terjadi ditengah umat, mereka menghalalkan sutera, khamr, dalam riwayat lain termasuk kemaluan, mereka mengunggulkan semua itu dan terus mencari rejeki darinya sampai bertemu dengan Allah.[vi] Gambaran demikian adalah gambaran pemerintahan dan kekuasaan yang bukan Islam. Periode pasca runtuhnya khilafah saat ini tampaknya sesuai dengan gambaran tersebut.
Periode terakhir adalah periode kembalinya khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ini merupakan basyârah (berita gembira) akan tegaknya kembali khilafah setelah keruntuhannya. Makna yang sama juga diriwayatkan dalam banyak riwayat. Jika riwayat ini digabung dengan riwayat lain yang semakna, yaitu riwayat akan masuknya Islam di setiap rumah, hadits al-waraq al-mu’allaq, hadits khilafah turun di bumi al-Quds, hadits pusat Dâr al-Islâm kaum mukmin berpusat di Syam, hadits ‘adl wa al-jur, hadits hijrah setelah hijrah, dan hadits al-ghuraba’, hadits al-mahdi, dan hadits akan ditaklukkannya Roma, maka makna tersebut bahkan bisa sampai tingkat mutawatir.[vii] Nashiruddin al-Albani mengomentari hadits penaklukan Roma : ‘tidak diragukan lagi bahwa realisasi penaklukan kedua (Roma) menyerukan akan kembali tegaknya khilafah rasyidah di tengah-tengah umat muslimah.[viii]
Dengan demikian, khilafah Islam yang mengikuti manhaj kenabian ini akan segera tegak kembali. Hal ini adalah pasti sebagai janji dari Allah Swt. Basyârah ini selayaknya memacu semangat kita untuk berjuang demi tegaknya Khilafah, karena kita ingin mendapat kemuliaan yakni turut menjadi aktor bagi terlaksananya janji Allah tersebut. Allâhummarzuqnâ dawlah khilâfah râsyidah.
Janji Allah: Khilafah Akan Segera Tegak Kembali
Oleh: Yahya Abdurrahman
Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Kemudian Ia akan mengangkatnya jika Ia berkehendak menngangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim, ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan, ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”, kemudian beliau diam. (HR. Ahmad dan al-Bazar)
Sanad Hadits
Imam Ahmad menerimanya dari Sulaiman bin Dawud ath-Thuyalisi dari Dawud bin Ibrahim al-Wasithi dari Habib bin Salim dari an-Nu’man bin Basyir, ia berkata : “kami sedang duduk di masjid bersama Rasulullah saw. Basyir adalah orang yang hati-hati bicaranya. Lalu datang Abu Tsa’labah al-Khusyani, ia berkata : “wahai Basyir bin Sa’ad apakah engkau hafal hadits rasulullah saw tentang para pemimpin? Hudzaifah berkata : “aku hafal khutbah beliau”. Lalu Abu Tsa’labah duduk dan Hudzaifah berkata : “rasululah saw bersabda : (matan hadits di atas).
Al-Bazar[ii] menerimanya dari al-Walid bin Amru bin Sikin dari Ya’qub bin Ishhaq al-Hadhrami dari Ibrahim bin Dawud dari Habib bin Salim dari an-Nu’man bin Basyir, ia bercerita bahwa ia sedang di masjid bersama bapaknya, Basyir bin Sa’ad, lalu datang Abu Tsa’labah al-Khusyani, ia berkata kepada Basyir bin Sa’ad : “wahai Basyir apakah engkau hafal khutbah rasulullah saw tentang para khalifah?” Basyir berkata : “tidak”. Lalu Hudzaifah ibn al-Yaman berkata dan ia sedang duduk : “aku hafal”. Abu Tsa’labah lalu duduk kepada mereka. Hudzaifah berkata, nabi saw bersabda: (matan hadits).
Al-Haytsami berkomentar[iii] : “imam Ahmad meriwayatkannya dalam tarjamah an-Nu’mân, dan juga al-Bazar secara persis, dan Thabrani secara sebagiannya di dalam al-Awsath dan para perawinya tsiqah. Ibn Rajab al-Hanbali juga menukil riwayat Ahmad ini.[iv]
Makna dan Faedah
Hadits ini memberitahukan lima periode perjalanan kaum muslim sejak masa kenabian. Periode pertama adalah periode kenabian.
Periode kedua adalah periode khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Para Ulama sepakat bahwa periode khilafah rasyidah adalah periode khilafah yang berjalan diatas manhaj kenabian. Menurut sebagian ulama, periode ini adalah periode Khulafa ar-Rasyidin sampai periode khilafah al-Hasan bin ‘Ali. Khilafah Umar bin Abdul ‘Aziz oleh sebagian ulama juga dikategorikan khilafah rasyidah, sehingga beliau juga dijuluki khulafa’ ar-rasyidin.
Periode ketiga adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang zalim. Lafal mulk, bisa berarti kerajaan, bisa juga al-hukm wa as-sulthân (pemerintahan dan kekuasaan). Lafal mulk dalam hadits ini kurang tepat jika dimaknai kerajaan sebagai sebuah bentuk pemerintahan. Karena setelah khulafa ar-rasyidin, bentuk pemerintahan kaum muslim tidak berubah menjadi kerajaan, tetapi tetap khilafah. Kepala negara tetap seorang khalifah, dan tidak pernah berubah menjadi raja. Ini adalah fakta yang telah disepakati para ulama. As-Suyuthi dalam Tarîkh al-Khulafâ’ berkata “aku hanya menyebutkan khalifah yang telah disepakati keabsahan imamahnya dan keabsahan akad baiatnya.”[v] Sementara beliau menyebutkan para khalifah Bani Umayah, dan Bani Abbasiyah sampai khalifah al-Mutawakil ‘alaLlâh III. Dan secara faktual, khilafah terus berlanjut sampai diruntuhkan oleh penjajah barat tahun 1924 M. Namun juga disepakati, selama rentang waktu tersebut terjadi penyimpangan dan keburukan penerapan Islam di sana sini. Jadi periode tersebut adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang di dalamnya terjadi kazaliman yaitu peyimpangan dan keburukan penerapan sistem dalam beberapa hal.
Periode selanjutnya dalah periode pemerintahan dan kekuasaan jabbariyah (diktator). Dalam riwayat Abu Tsa’labah al-Khusyani dari Mu’adz bin Jabal dan Abu ‘Ubaidah digambarkan sebagai periode pemerintahan dan kekuasaan yang sewenang-wenang, durhaka, diktator, melampaui batas, kerusakan terjadi ditengah umat, mereka menghalalkan sutera, khamr, dalam riwayat lain termasuk kemaluan, mereka mengunggulkan semua itu dan terus mencari rejeki darinya sampai bertemu dengan Allah.[vi] Gambaran demikian adalah gambaran pemerintahan dan kekuasaan yang bukan Islam. Periode pasca runtuhnya khilafah saat ini tampaknya sesuai dengan gambaran tersebut.
Periode terakhir adalah periode kembalinya khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ini merupakan basyârah (berita gembira) akan tegaknya kembali khilafah setelah keruntuhannya. Makna yang sama juga diriwayatkan dalam banyak riwayat. Jika riwayat ini digabung dengan riwayat lain yang semakna, yaitu riwayat akan masuknya Islam di setiap rumah, hadits al-waraq al-mu’allaq, hadits khilafah turun di bumi al-Quds, hadits pusat Dâr al-Islâm kaum mukmin berpusat di Syam, hadits ‘adl wa al-jur, hadits hijrah setelah hijrah, dan hadits al-ghuraba’, hadits al-mahdi, dan hadits akan ditaklukkannya Roma, maka makna tersebut bahkan bisa sampai tingkat mutawatir.[vii] Nashiruddin al-Albani mengomentari hadits penaklukan Roma : ‘tidak diragukan lagi bahwa realisasi penaklukan kedua (Roma) menyerukan akan kembali tegaknya khilafah rasyidah di tengah-tengah umat muslimah.[viii]
Dengan demikian, khilafah Islam yang mengikuti manhaj kenabian ini akan segera tegak kembali. Hal ini adalah pasti sebagai janji dari Allah Swt. Basyârah ini selayaknya memacu semangat kita untuk berjuang demi tegaknya Khilafah, karena kita ingin mendapat kemuliaan yakni turut menjadi aktor bagi terlaksananya janji Allah tersebut. Allâhummarzuqnâ dawlah khilâfah râsyidah.